Pentingnya Guru Penggerak

Program Guru Penggerak yang resmi diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 3 Juli 2020 merupakan program Merdeka Belajar Episode 5. Guru-guru terpilih menjadi calon pemimpin pendidikan di masa depan. Jabatan kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pelatih program pelatihan guru sudah menanti untuk diisi oleh para calon guru penggerak jenis ini.

Saya tak hendak membahas program Guru Penggerak yang diresmikan oleh Mendikbud ini karena pembahasannya sudah tersedia di berbagai media. Salah satunya di video youtube berikut ini.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=X6vP4AkEsLM&t=85s

Guru penggerak dengan Surat Keputusan (SK) harus menjalani serangkaian pelatihan dalam waktu yang panjang. Di samping itu, hanya sedikit saja dari jutaan guru di Indonesia yang dapat dilibatkan. Bahkan, di SMK Negeri 2 Pangkalpinang tidak ada calon guru penggeraknya. Sementara, program pendidikan dengan segala tuntutannya terus berjalan. Oleh karena itu, semua guru harus terlibat aktif dalam program Merdeka Belajar, yang salah satunya menjadi guru penggerak meskipun tanpa SK.

Guru penggerak adalah guru yang mau dan mampu menggerakkan dirinya sendiri dan orang lain demi kemajuan pendidikan. Oleh karena itu, siapa pun yang mempunyai niat, semangat, dan langsung terlibat aktif terkait kemajuan dalam bidang pendidikan layak disebut guru penggerak, tak terkecuali saya. Lantas, apa yang sudah saya lakukan sehingga merasa layak disebut guru penggerak Indonesia?

Mari kita mulai dari titik “0 Kilometer” ini. Mengapa saya menggunakan simbol ini? Pertama, saya bertugas di kota Pangkalpinang. Kedua, saya memulai gerakan dari ketidaktahuan. Ketiga, dari titik 0 semuanya bebas bergerak ke segala arah. Keempat, dari titik ini gerakan dapat dilakukan secara masal. alloescort

Titik 0 Kilometer kota Pangkalpinang

Kondisi Literasi Siswa di SMK Negeri 2 Pangkalpinang dan Langkah Nyata

Adanya Asesmen Kompetensi Minimal (AKM) menjadikan literasi semakin dirasakan penting bagi peserta didik. Tak hanya itu, pendidikan sepanjang hayat tak dapat dipisahkan dari kegiatan literasi. Sementara, waktu yang sangat terbatas dengan pola belajar yang telah bergeser secara drastis lantaran pandemi covid 19 menyebabkan kegiatan literasi di perpustakaan dan pojok-pojok baca terlihat sepi. Kegiatan membaca selama 15 menit di awal pembelajaran di ruang kelas juga terabaikan.

Gedung perpustakaan SMK Negeri 2 Pangkalpinang

Ruang perpustakaan SMK Negeri 2 Pangkalpinang

Ruang perpustakaan SMK Negeri 2 Pangkalpinang

Pojok Baca Prodi Teknik Otomotif

Pojok baca Prodi Teknik Otomotif

Sebagai guru yang peka terhadap kondisi dilematik ini, saya tidak diam saja. Menyadari pentingnya melakukan perubahan, saya segera keluar dari zona nyaman dengan bergabung ke dalam grup belajar menulis PGRI asuhan Bapak Wijaya Kusumah, M.Pd. atau Om Jay. Di kelas inilah saya mendapatkan pencerahan tentang literasi sekaligus cara menggerakkannya secara luas untuk kemajuan pendidikan.

Kesadaran pentingnya literasi telah menggerakkan diri saya sendiri untuk terus belajar. Hasilnya telah dapat dibuktikan. Saya menjadi bagian dari buku antologi “Writing is My Passion” dalam waktu 1 bulan sejak dimulainya kegiatan belajar.

Buku antologi perdana

Tulisan di blog pribadi selama kegiatan belajar saya jadikan bahan literasi bagi murid-murid saya sebelum memulai belajar atau di sela-sela materi inti. Cukup mengeklik alamat tautan, bacaan pun dapat dinikmati dengan suasana santai dan menyenangkan karena sesuai dengan jiwa mereka yang selalu ingin berselancar dengan gawai.

Tidak hanya itu, mereka juga saya ajak untuk membuat dan menulis di blog pribadi. Pemahaman tentang jejak digital yang baik pun sering saya sampaikan. Rencananya, seluruh peserta didik di sekolah saya dapat meramaikan dunia digital dengan konten positif. Gerakan literasi masal dan cerdas akan tercipta jika semua peserta didik telah terlibat aktif di dalamnya.

Kondisi Literasi Guru di SMK Negeri 2 Pangkalpinang dan Langkah Gerilya

Selama ini, di SMK negeri 2 Pangakpinang belum ada guru dengan golongan lebih dari IV a, kecuali setelah purnabakti. Hal ini disebabkan kurangnya informasi dan motivasi lantaran minimnya literasi.

Kondisi memprihatinkan ini mendorong saya untuk mengajak para guru belajar menulis. Tujuannya tak hanya dikaitkan dengan kenaikan pangkat, melainkan juga untuk menggerakkan kegiatan literasi secara global di lingkungan sekolah kami, sekaligus perbaikan dalam proses belajar mengajar sebagai bagian dari program Merdeka Belajar.

Untuk menggerakkan peserta didik yang berjumlah 1.500-an harus dilakukan bersama-sama. Untuk itu, peran 100 orang guru di sekolah saya sangatlah dibutuhkan. Sudah ada 2 orang yang aktif juga belajar menulis. Semoga akan terus bertambah.

Alur gerakan literasi SMK Negeri 2 Pangkalpinang

Jika gerakan literasi sudah berjalan dengan baik, AKM yang menuntut keterampilan membaca tingkat tinggi tidak lagi menjadi masalah. Belajar sepanjang hayat pun menjadi hal biasa. Selanjutnya, tujuan pendidikan untuk menghasilkan warga negara Indonesia yang cerdas dan terampil dengan karakter sesuai nilai-nilai Pancasila pun dapat tercapai dengan sendirinya.

Tak perlu menunggu SK untuk bergerak. Lakukanlah hal sekecil apa pun yang kita bisa. Mulailah dari diri sendiri dengan bukti karya nyata, maka orang lain akan ikut bergerak pula.  Dengan dermikian, saya dan siapa pun yang dengan ikhlas bergerak demi kemajuan pendidikan layak disebut guru penggerak Indonesia.

Pangkalpinang, 16 September 2021

Rosminiyati

Guru SMK Negeri 2 Pangkalpinang

 

 

Profil Penulis

Rosminiyati, S.Pd. lahir di Pangkalpinang pada 5 April 1970, berprofesi sebagai guru di SMK Negeri 2 Pangkalpinang dari tahun 1994 hingga sekarang. Ditakdirkan Allah mendapatkan kesempatan belajar menulis kepada Om Jay dan Tim melalui grup Whatsapp belajar menulis PGRI gelombang 19 telah mengubah perjalanan karirnya.

Semangat yang tinggi untuk terus belajar dan berbagi telah mengantarkan dirinya kepada sebuah karya berupa buku antologi dengan judul “Writing is My Passion Jilid 1”. Buku ini pulalah yang digunakan untuk memotivasi rekan-rekan guru di lingkungan sekolahnya untuk ikut belajar juga.

Tak hanya itu, sejak bergabung dengan kelas belajar menulis yang diprakarsai oleh Om Jay ini telah membuka wawasannya tentang pendidikan, khususnya tentang guru penggerak yang selama ini hanya didengar saja. Ternyata, menjadi guru penggerak tidak hanya orang-orang yang mendapatkan SK, melainkan juga semua guru yang mau bergerak dan menggerakkan orang lain untuk kemajuan pendidikan.

Penulis dapat dihubungi melalui:

 

 

 

9 thoughts on “Guru Penggerak dalam Kancah Literasi

  1. Mantap Bu Rosminiati, mampu sbg penggerak literasi dikalangan guru-guru sehingga lahir pegiat lierasi lokal di tempat kerja.
    Mang susah mbangun budaya literasi walau itu ditengah para agaen perubahan.

    Kebanyakan guru senang berada nyman di zona nyaman, cuek, acuh dan tidak komitmen terhadap tugasnya.
    Tidak mau, sanggup , sering bersyukur yang berdampak pada kulalitas pendidikan di lingkunagn kerja kita.
    Yaah semoga niat baik Bu Ros, menjadi secercah harapan buat bangkitnya mutu pendidikan di Republik tercinta ini.

    Salam literasi
    Salam Pancasila

  2. Keren…Kak Ros…sangat menginspirasi apalagi puisinya…Suka sekali caramu berpandangan mengenani “guru penggerak”. Semangat selalu…kita bergerak bersama. “Kite Kawa, kite pacak”

  3. Keren….Kak Ros, sangat menginspirasi, puisinya juga bagus. Suka sekali dengan pandangan Kak Ros mengenai “guru penggerak”

Comments are closed.